Hamil dan punya anak seharusnya merupakan anugerah, tapi tidak bagi
sebagian orang. Kehamilan yang tidak direncanakan sering dianggap
sebagai kecelakaan, aib dan bahkan kutukan sehingga janin dalam
kandungan terpaksa harus digugurkan.
Aborsi atau pengguguran
kandungan selalu saja terjadi di manapun juga, bahkan di Indonesia
angkanya diperkirakan terus meningkat. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan angkanya telah mencapai 1,5
juta kasus/tahun.
Tidak ada data yang pasti karena aborsi
kebanyakan dilakukan secara ilegal, bahkan data BKKBN juga hanya
berdasarkan hasil survei sebuah lembaga swadaya masyarakat. Angka
sebenarnya diyakini jauh lebih besar dari yang terungkap dalam
survei-survei semacam itu.
Sebenarnya ada banyak alasan yang
membuat orang nekat aborsi, mulai dari ketidaksiapan untuk punya anak
hingga kegagalan program keluarga berencana. Tidak siap bukan cuma
berarti usianya terlalu muda, kadang-kadang juga karena karir belum
mapan atau masih terikat kontrak kerja.
"Sering juga terjadi,
perempuan mau melanjutkan kehamilan yang tidak direncanakan tersebut
tetapi ada desakan dari keluarga atau pasangan untuk menggugurkannya,"
kata Inna Hudaya, seorang aktivis kesehatan reproduksi.
Sebagian
yang lain melakukan aborsi karena kehamilannya terjadi akibat tindak
perkosaan. Bukan hanya diperkosa oleh orang asing, beberapa perempuan
juga mengalami marital rape atau pemerkosaan oleh suaminya sendiri misalnya untuk menggagalkan gugatan cerai.
Metode
yang dipakai bermacam-macam, mulai dari yang tradisional berupa ramuan
dan pemijatan hingga yang moderen seperti kuret dan obat-obat pelancar
haid. Tidak semuanya aman, bahkan karena ilegal dan dilakukan secara
diam-diam maka banyak metode yang seharusnya aman menjadi tidak aman.
Upaya
untuk mengatasi masalah ini tentu sangat dibutuhkan demi menyelamatkan
janin-janin yang tidak berdosa, maupun nyawa ibu yang mengandungnya.
"Makanya
yang kita perjuangkan sebenarnya bukan aborsi, melainkan pencegahan
kehamilan yang tidak direncanakan," kata Inna yang juga pendiri Samsara,
organisasi nirlaba yang mendampingi para pelaku aborsi dan berafiliasi dengan Home Asia Safe Abortion Partnership (ASAP), Women on Web (WOW) dan International Consortium for Medical Abortion (ICMA).
Inna
menambahkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan pendidikan seks yang memadai, serta akses yang lebih mudah
terhadap alat-alat kontrasepsi. Bagaimanapun, menurutnya aborsi tidak
akan pernah jadi pilihan jika tidak terjadi kehamilan yang tidak
direncanakan.
0 komentar:
Posting Komentar