banner ads banner ads banner ads banner ads

Rabu, 30 Mei 2012

Renungan Kita : Ketika Janin Tak Diberi Kesempatan Untuk hidup

Hamil dan punya anak seharusnya merupakan anugerah, tapi tidak bagi sebagian orang. Kehamilan yang tidak direncanakan sering dianggap sebagai kecelakaan, aib dan bahkan kutukan sehingga janin dalam kandungan terpaksa harus digugurkan.

Aborsi atau pengguguran kandungan selalu saja terjadi di manapun juga, bahkan di Indonesia angkanya diperkirakan terus meningkat. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan angkanya telah mencapai 1,5 juta kasus/tahun.

Tidak ada data yang pasti karena aborsi kebanyakan dilakukan secara ilegal, bahkan data BKKBN juga hanya berdasarkan hasil survei sebuah lembaga swadaya masyarakat. Angka sebenarnya diyakini jauh lebih besar dari yang terungkap dalam survei-survei semacam itu.

Sebenarnya ada banyak alasan yang membuat orang nekat aborsi, mulai dari ketidaksiapan untuk punya anak hingga kegagalan program keluarga berencana. Tidak siap bukan cuma berarti usianya terlalu muda, kadang-kadang juga karena karir belum mapan atau masih terikat kontrak kerja.

"Sering juga terjadi, perempuan mau melanjutkan kehamilan yang tidak direncanakan tersebut tetapi ada desakan dari keluarga atau pasangan untuk menggugurkannya," kata Inna Hudaya, seorang aktivis kesehatan reproduksi.

Sebagian yang lain melakukan aborsi karena kehamilannya terjadi akibat tindak perkosaan. Bukan hanya diperkosa oleh orang asing, beberapa perempuan juga mengalami marital rape atau pemerkosaan oleh suaminya sendiri misalnya untuk menggagalkan gugatan cerai.

Metode yang dipakai bermacam-macam, mulai dari yang tradisional berupa ramuan dan pemijatan hingga yang moderen seperti kuret dan obat-obat pelancar haid. Tidak semuanya aman, bahkan karena ilegal dan dilakukan secara diam-diam maka banyak metode yang seharusnya aman menjadi tidak aman.

Upaya untuk mengatasi masalah ini tentu sangat dibutuhkan demi menyelamatkan janin-janin yang tidak berdosa, maupun nyawa ibu yang mengandungnya.

"Makanya yang kita perjuangkan sebenarnya bukan aborsi, melainkan pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan," kata Inna yang juga pendiri Samsara, organisasi nirlaba yang mendampingi para pelaku aborsi dan berafiliasi dengan Home Asia Safe Abortion Partnership (ASAP), Women on Web (WOW) dan International Consortium for Medical Abortion (ICMA).

Inna menambahkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan seks yang memadai, serta akses yang lebih mudah terhadap alat-alat kontrasepsi. Bagaimanapun, menurutnya aborsi tidak akan pernah jadi pilihan jika tidak terjadi kehamilan yang tidak direncanakan.

0 komentar:

Posting Komentar