banner ads banner ads banner ads banner ads

Sabtu, 31 Maret 2012

Sunat Bisa Cegah Kanker Prostat Loh Guys

Ternyata sunat memberikan manfaat besar untuk kesehatan. Pasalnya, sunat dapat mencegah seorang pria dari kanker prostat dan infeksi penyakit menular.

Sebuah analisis baru yang dipimpin oleh para peneliti di Fred Hutchinson Cancer Research Center telah menemukan, bahwa sunat sebelum hubungan seksual pertama seorang pria dapat membantu melindungi terhadap kanker prostat.

Hasil studi yang dipublikasikan jurnal American Cancer Society ini menunjukkan, bahwa sunat dapat menghambat infeksi dan peradangan. Infeksi menyebabkan kanker dan penelitian menunjukkan bahwa infeksi menular seksual dapat berkontribusi pada perkembangan kanker prostat.

Tak hanya kanker prostat, sunat juga dapat mencegah infeksi menular seksual tertentu. Jonathan L Wright MD, salah seorang peneliti dari afiliasi Kesehatan Masyarakat Divisi Pusat Hutchinson Sciences, beserta rekan-rekannya menganalisis 3.399 pria, di antaranya 1.754 memiliki kanker prostat dan 1.645 tidak.

Pria yang telah disunat sebelum hubungan seksual pertama mereka 15 persen lebih rendah untuk terserang kanker prostat daripada tidak disunat. Sunat mengurangi risiko kanker yang tergolong dua sifat, agresif dan sangat agresif.

Secara khusus, pria yang disunat sebelum hubungan seksual pertama mereka memiliki 12 persen penurunan risiko untuk mengembangkan kanker prostat yang bersifat agresif dan 18 persen penurunan risiko untuk mengembangkan kanker prostat yang sangat agresif.

Infeksi menular seksual dapat menyebabkan kanker prostat yang menyebabkan peradangan kronis dan menciptakan lingkungan yang ramah bagi sel kanker. Karenanya, sunat dapat melindungi terhadap infeksi menular seksual dan kanker prostat.

"Data ini sejalan dengan jalur infeksi atau peradangan yang mungkin terlibat dalam risiko kanker prostat pada beberapa pria," kata Dr Wright, sebagaimana dilansir Sciencedaily.


sumber

Read more »

Kelainan Dasar Panggul Akibat Melahirkan

Menurut penelitian, 15 hingga 30 persen ibu hamil yang melahirkan normal berisiko mengalami kelainan otot dasar panggul. Tapi hal ini bisa dihindari, kok! Bagaimana caranya?

Keluhan Pascamelahirkan

“Kehamilan ataupun proses persalinan yang tidak aman dapat menempatkan BuMil pada kondisi disfungsi (kelemahan atau kerusakan) otot dasar panggul, salah satunya bisa menimbulkan prolaps organ panggul,” sebut dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) dari Divisi Urokeginelogi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM.

Disfungsi dasar panggul termasuk yang sering dikeluhkan wanita pascamelahirkan. Sayangnya, masalah kesehatan panggul wanita kurang diperhatikan. Padahal bila tak segera ditangani, disfungsi dasar panggul ini dapat menurunkan kualitas hidup perempuan, misalnya, keluar urin atau kentut saat sedang melakukan hubungan suami isteri, terjadi inkontinensia urin (tiba-tiba buang air kecil tanpa disadari, contoh saat batuk), inkontinensia alvi (tidak bisa menahan kentut atau tidak bisa menahan feses/ buang air besar), konstipasi kronis (sembelit), hingga prolaps (penurunan) organ panggul atau sering disebut awam “turun peranakan” dimana otot panggul menjadi begitu lemah dalam menyangga organ seperti kandung kemih dan uterus yang menyebabkan organ tersebut turun.

Penyebab

Meski persalinan pertama berkontribusi terbesar dalam menyebabkan kelainan dasar panggul, namun demikian ada beberapa faktor penyebab lain, yakni: BuMil yang mengalami proses persalinan yang terlalu sering, cara persalinan yang salah, berat badan bayi yang berukuran terlampau besar yaitu lebih dari 3325 gram, primatua (kehamilan di atas usia 35 tahun), lamanya persalinan kala II lebih dari 1 jam, indeks masa tubuh abnormal, gaya hidup bumil  seperti merokok dan minum-minuman alkohol, ataupun faktor ginekologi seperti riwayat histerektomi (pengangkatan rahim), atau penuaan dan menopouse yang berkaitan dengan hormonal.

Cara Pencegahan
 
Saat ini, pihak kedokteran sudah menggunakan sistem skoring terkini untuk memprediksi terjadinya kelainan otot dasar panggul. “Metode skoring baru dikembangkan di Womens Health Center, RSCM Kencana. Bila skoring menunjukkan risiko kerusakan otot dasar panggul (levator ani) adalah rendah, maka pasien dapat diyakinkan untuk memilih persalinan normal tanpa ada rasa khawatir mengalami disfungsi dasar panggul,” ungkap dr. Budi.

Selain lewat sistem skoring, lanjutnya, kelainan otot dasar panggul sebenarnya bisa dicegah oleh beberapa cara, antara lain:

- Tindakan episiotomi (pengguntingan perineum atau jalan lahir) - sebaiknya jangan dilakukan jika tidak ada indikasi! Kalau terpaksa dilakukan tindakan episiotomi, maka hindari terjadinya robekan levator ani hingga mencapai derajat 3 atau 4.

- Atur pernapasan saat bumil mengejan.

- Jika pembukaan sudah sempurna, sebaiknya BuMil jangan mengejan lebih dari 65 menit.

- Usahakan selama pemeriksaan kehamilan, berat badan janin dalam kandungan tidak melebihi angka 3.325 gram (3,325 kg).

- Bumil melakukan senam kegel/senam hamil, yang berguna untuk memperkuat otot-otot dasar panggul utamanya levator ani, sehingga bisa memperkuat otot-otot saluran kandung kemih yang bisa mencegah mengompol serta menguatkan otot-otot vagina.

Jangan Langsung Pilih Caesar

Disfungsi otot dasar panggul merupakan suatu epidemi tersembunyi yang besar permasalahannya masih belum banyak diketahui. Diduga 50 persen perempuan yang pernah melahirkan akan mengalami prolaps organ panggul.

Sayangnya, menurut penelitian, diperkirakan 2,5 persen dari seluruh persalinan pertama dilakukan dengan cara cesar yang dilakukan atas permintaan BuMil tanpa adanya indikasi medik. Salah satu alasannya, hanya karena rasa khawatir bumil akan terjadinya disfungsi dasar panggul setelah menjalani persalinan normal.

“Padahal, persalinan sesar tanpa indikasi hanya mampu melindungi 1 dari 7 ibu yang akan mengalami disfungsi dasar panggul akibat persalinan normal. Sedangkan, risiko mortalitas dan morbiditas persalinan cesar meningkat lima kali dibanding proses persalinan normal. Belum lagi, risiko setelah melahirkan dan masa rawat inap yang lebih lama,” tambah dr. Budi.

Latihan Otot Dasar Panggul

Sebenarnya, untuk menanggulangi masalah ini, hanya diperlukan peningkatan kesadaran BuMil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang baik. Dari segi medis, penting untuk mempertinggi akses layanan dan fasilitas kesehatan.

“Dengan memberi edukasi kepada para perempuan agar melakukan latihan otot dasar panggul dan edukasi kepada dokter umum serta bidan mengenai robekan perineum III atau IV, maka risiko disfungsi dasar panggul ini dapat dihindari,” terang dr. Budi.

Perlunya Manajemen Reproduksi

Ahli kandungan lainnya, dr. Aria Wibawa, SpOG(K) juga menekankan, bahwa dengan perencanaan atau manajemen reproduksi yang baik, maka pasutri (pasangan suami isteri) dapat merencanakan dan mempersiapkan agar proses tersebut berjalan lancar dan memperoleh hasil yang optimal.

Dikatakannya, teknik terkini memungkinkan bidang kedokteran mendeteksi dan memprediksi hasil luaran janin untuk melakukan optimalisasi kondisi ibu, pertumbuhan janin, koreksi dini dan terapi/ intervensi jika diperlukan, baik selama dalam proses kehamilan (intra uteri) maupun setelah proses melahirkan.

“Ibarat membangun sebuah rumah atau gedung yang kompleks. Tentunya akan berbeda rumah yang dibangun tanpa perencanaan dengan yang direncanakan. Perempuan sangat mendominasi dan berperan dalam setiap proses, mulai dari rencana pembentukan (prakonsepsi), pembentukan (konsepsi), kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (early life) serta pengaturan kehamilan selanjutnya,” tutupnya.


sumber

Read more »

Gunakan Seperlunya Kosmetik Bayi...!!!

“ADUH, kulit bayiku sensitif sekali. Padahal aku sudah pakai sabun merek terkenal loh,” tutur Christin.

Inilah yang sering diucapkan para ibu ketika mereka mengeluhkan kulit bayinya yang iritasi akibat produk kosmetik untuk si kecil. Kulit bayi dan orang dewasa tentulah tidak sama. Kulit bayi lebih tipis, lebih rentan iritasi dan memiliki kadar minyak yang lebih rendah (less oily).

“Kulit bayi juga menghasilkan lebih sedikit melanin (pigmen yang menentukan warna kulit) serta lebih rentan terhadap bakteri dan bahan-bahan berbahaya pada lingkungan. Bayi menghasilkan keringat yang lebih sedikit dibanding orang dewasa sehingga bayi lebih sulit mempertahankan suhu tubuhnya. Sebaliknya, kulit bayi lebih jarang bereaksi terhadap alergen,” ujar dr. Liza Fitria, SpA.

Fungsi Kulit

Kulit merupakan pembungkus terluar dari tubuh manusia dan merupakan organ terbesar dari sistem integumen, yakni sistem yang melindungi tubuh dari kerusakan.

Fungsi kulit amat banyak, antara lain melindungi dari mikroorganisme penyebab infeksi, insulasi, mengatur suhu tubuh, penerima rangsang atau sensasi dan sitensis vitamin D. Pada kulit manusia juga terdapat melanosit, kelenjar keringat, pembuluh darah dan ujung serabut saraf.

Penyakit Kulit

Salah satu penyakit kulit yang paling sering terjadi pada bayi adalah dermatitis atopi atau lebih dikenal dengan eksim susu. Penyebabnya dapat berasal dari dalam tubuh maupun dari lingkungan di sekitar bayi.

Kelainan ini menyebabkan rasa gatal dalam derajat yang berbeda-beda sehingga sering menyebabkan bayi gelisah dan sulit tidur. “Pada kelainan ini, kulit bayi cenderung menjadi kering dan mudah mengalami iritasi akibat kontak dengan berbagai zat kimia seperti sabun maupun bahan lain seperti pakaian,” tutur Liza.

Selain itu, masalah kulit lain yang sering dijumpai pada bayi adalah ruam popok. Penyakit ini timbul akibat adanya kontak alami antara kulit dengan air seni maupun tinja/feses pada popok. “Kelainan ini lebih sering timbul pada bayi yang menggunakan popok sekali pakai (disposable diapers) karena seringkali orangtua atau pengasuh tidak mengetahui bahwa bayi telah buang air besar atau kemih,” lanjut Liza.

Cara Merawat Kulit Bayi Sensitif

Nah, pemakaian produk-produk kosmetik untuk bayi seperti krim, sabun, sampo, dan popok yang salah dapat pula menyebabkan kulit bayi menjadi sensitif.
Liza menjelaskan bahwa secara umum, perawatan kulit bayi sehari-hari dilakukan dengan memandikan bayi dan mengganti popok atau bajunya. Selain untuk menjaga kebersihan kulit, perawatan kulit bayi juga bertujuan untuk mempertahankan fungsi kulit sebagai pelindung dan mencegah iritasi.

Dalam praktik sehari-hari, perawatan kulit bayi ini dilakukan dengan menggunakan berbagai kosmetik seperti sabun dan sampo sebagai pembersih, baby lotion dan baby oil sebagai pelembab, bedak, dan lain-lain.

“Perlu diingat, bahwa kosmetik untuk bayi dan anak bukanlah ditujukan untuk dekorasi melainkan untuk memelihara kesehatan kulitnya,” tambah Liza.

Sabun, Pilih yang Hipoalergenik

Sudah tentu Moms tidak ingin kulit bayinya yang halus dan lembut mengalami masalah kulit seperti eksim susu atau kulit yang mengelupas, bukan?

Oleh karena itu, sangat diwajibkan kepada para Moms untuk lebih bijak dalam memilih produk kosmetik bayi, terutama sabun.

Produk kosmetik ini paling sering digunakan karena berfungsi sebagai pembersih. Sabun umumnya bersifat alkalis dengan pH (keasaman) 8 - 9, sedangkan pH kulit adalah 4,5 - 5.

Kondisi alkalis ini dapat menyebabkan kulit menjadi kering sehingga sering ditambahkan lemak dari minyak zaitun atau minyak kelapa ke dalam produk sabun.

Liza menganjurkan untuk bayi dengan kulit sensitif, sebaiknya menggunakan sabun dengan keasaman yang mendekati pH kulit, namun biasanya produk ini harganya lebih mahal dibanding sabun biasa.

“Sebaiknya pilihlah sabun yang hipoalergenik karena produk ini lebih jarang menyebabkan alergi. Sabun antiseptik sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan tubuh bayi, karena beberapa bahan dalam sabun antiseptik seperti sulfur/belerang dapat menyebabkan kulit kering dan menimbulkan rasa gatal,” anjur Liza.

Sampo, 2 – 3 Kali Sepekan

Selain sabun badan, produk kosmetik lain yang sering dipakai adalah sampo, yakni sabun cair untuk membersihkan rambut dan kulit kepala.
Ingat, pilih sampo khusus untuk bayi yang tidak pedih di mata. Umumnya, sampo khusus bayi memiliki keasaman yang mendekati pH air mata, sehingga tidak perih bila mengenai mata bayi.

“Selain itu, sampo bayi juga mengandung bahan pengental yang tujuannya agar cairan sampo tidak mudah masuk ke mata,” jelas Liza.

Tak lupa ia menyarankan, penggunaan sampo tidak usah dilakukan setiap kali bayi mandi, melainkan cukup 2 – 3 kali per minggu.

Pelembap, Jangan Berlebihan!

Untuk menjaga kelembapan kulit bayi, biasanya digunakan baby lotion, baby cream atau baby oil, utamanya bila bayi tinggal di negara beriklim dingin.

Mengingat Indonesia adalah negara tropis, sebaiknya pemakaian pelembab pada bayi tidak berlebihan karena bisa menyumbat pori-pori kulit dan menimbulkan ruam.

Pilihlah pelembap dengan kandungan bahan alami yang tidak mengandung alkohol, ringan, lembut dan aman untuk kulit sensitif. Gunakan sesuai kebutuhan atau saat kulit bayi terasa kering.

Agar tidak salah memilih, konsultasikan pada dokter jenis pelembap yang cocok untuk kulit sensitif bayi Anda.

Minyak Telon/Kayu Putih, Tak Wajib!

Bisa dibilang, menghangatkan badan bayi memakai minyak telon/kayu putih sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat Indonesia. Minyak berbahan dasar tradisional ini sering digunakan sehabis bayi mandi atau pada malam hari menjelang tidur. Sebenarnya, ini tak wajib dilakukan!

Pada beberapa bayi – utamanya bayi dengan kulit sensitif - pemakaian minyak telon/kayu putih justru membuat kulit menjadi iritasi. Karena itu, bila mendapatkan kulit bayi memerah setelah menggunakan minyak tersebut, sebaiknya segera hentikan.

“Masih ada cara lain untuk menghangatkan tubuh bayi setelah mandi, yakni gunakan sarung tangan dan kaos kaki,” tutur Liza.

Bedak, Daerah Lipatan Saja

Bedak bayi juga sering digunakan setelah mandi. Namun perlu diperhatikan, bedak hanya digunakan pada daerah lipatan kulit – siku atau lutut –agar menyerap keringat dan menghindari gesekan kulit. Usapkan bedak secara tipis dan merata pada lipatan kulit yang telah kering. Tak perlu membedaki daerah pantat, lipatan paha, apalagi kemaluan bayi!

Selain itu, Liza mengingatkan “hendaknya orangtua mengetahui bahwa pemakaian bedak mempunyai risiko terhirupnya bedak oleh bayi. Oleh karena itu, pemberian bedak sebaiknya dilakukan dengan hati-hati.”

Bila ingin memberi bedak pada bayi, pilihlah bedak bayi yang bebas talk, dan gunakan bedak padat untuk mengurangi kemungkinan terhirup oleh bayi.


sumber

Read more »