banner ads banner ads banner ads banner ads

Sabtu, 10 Maret 2012

Asal-Usul Simbol Dajjal dalam Mata Uang Amerika Serikat


Pernah melihat simbol ini?
Yup. Benar Sekali. Itu adalah simbol yang bisa kita lihat pada uang kertas pecahan satu dollar Amerika Serikat, selain The Great Seal dan gambar presiden pertama mereka, George Washington.
Saya sendiri mulanya tidak terlalu memperhatikan simbol tersebut sampai Muhammad Isa Dawud, sang penulis Dialog dengan Jin Muslim, membahasnya terperinci dalam bukunya Dajjal akan Muncul dari Segitiga Bermuda. Menurutnya versinya, gambar mata dalam bingkai segitiga yang mengambang diatas piramida terpotong itu adalah simbol mata dajjal yang selalu mengawasi dunia melalui anteknya, sang negara boneka zionis: Amerika Serikat. Truth or hoax? berikut ini adalah ‘riset’ online kecil-kecilan, berusaha menelusuri sebutir obyektifitas di hamparan pantai subyektifitas.

Riwayat penggunaan simbol tersebut dapat ditelusuri hingga abad ke 18, tepatnya tahun 1782 saat Kongres Amerika Serikat menunjuk William Barton, seorang pengacara muda asal Philadelphia yang juga memiliki bakat artistik, untuk merancang simbol negara. Barton lantas mengajukan desain berupa piramida yang tersusun atas tiga belas undakan batu, dengan bagian puncak terpenggal dan digantikan figur sebentuk mata dalam bingkai segitiga dua dimensi (Eye of Providence). Moto yang disertakan Barton dalam logo tersebut adalah Deo Favente Perennis, suatu frase dalam bahasa latin, yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “by the Grace of God”. Barton juga menjelaskan bahwa Deo (Deus, Dieu, God) dengan The Eye of Providence adalah satu entitas yang sama. Dengan kata lain, Eye of Providence (mata sang pemelihara) dalam pengertian Barton merupakan sebentuk signans atau simbol grafis-visual dari eksistensi Sang Maha Pencipta.

Bilangan ganjil 13
Terdapat satu kebetulan, yakni terulangnya bilangan 13 (tiga belas) dalam simbol tersebut, sebagaimana dikatakan oleh Charles Thompson, pakar bahasa Latin yang juga terlibat dalam merancang desain The Great Seal. Selain jumlah undakan batu dalam gambar piramid, frase di balik simbol tersebut, E Pluribus Unum, juga memiliki tiga belas huruf. Bulan Juni pada tahun yang sama Thompson melakukan perbaikan atas desain yang dibuat Barton. Dia mengajukan motto yang sinonim dengan Deo Favente, yakni Annuit Coeptis (perhatikan; juga memiliki 13 huruf). Dalam penjelasannya, Thomson menulis: “Simbol mata di atas piramid dan motto Annuit Coeptis merangkum banyak simbol yang menempatkan Kemahapemurahan Tuhan atas terbentuknya Amerika.

Annuit Coeptis dan Novus Ordo Seclorum
Secara historis motto Annuit Coeptis dan Novus Ordo Seclorum dapat ditelusuri pada baris-baris sajak penyair Romawi, Virgil, yang hidup pada abad pertama sebelum masehi. Annuit Coeptis berasal dari sajak Aeneid, buku IX baris ke 625 yang berisi kalimat “Iuppiter omnipotens, audacibus annue coeptis.” Sebuah doa yang diucapkan Ascanius, putra dari pahlawan dalam mitologi Romawi, Aenas, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “Jupiter Almighty, favour daring undertaking.” rujukan lain dari karya Virgil juga memuat frase ini, yakni pada The Georgic (buku I, baris ke 40) yang berbunyi “Da facilem cursum, atque audacibus annue coeptis.” (Give me an easy course, and favour my daring undertaking.”
Novus Ordo Seclorum (New Order of the Ages) adalah kalimat lain dalam simbol Eye of Providence yang menggantikan frase Deo Favente Perennis pada rancangan Barton. Simbol revisi ini mulai menghiasi lembaran satu dollar Amerika pada tahun 1935. Frase tersebut juga menghiasi jaket almamater School of Business, Universitas Yale.
Ultima cumaei venit iam carminis aetas;
magnus ab integro saeclorum nascitur ordo;
iam redit et Virgo, redeunt Saturnia regna;
iam nova progenies caelo demittitur alto
(The last time of prophecy has come to the cumaean sibyl; a brand new great order of the ages is born; for now the Virgin and the age of Saturn have returned; now a new child has been sent from the heavens.”)
Orang-orang Kristen abad pertengahan menginterpretasikan sajak Virgil tersebut sebagai sebuah ramalan atas kelahiran Kristus. Belakangan terjemahan modern yang digunakan dalam The Great Seal tak lagi terkait dengan aspek religius. Thompson menerjemahkan Novus Ordo Seclorum sebagai “A new order of the ages”, lebih untuk menandai dimulainya era Amerika baru (the beginning of new American era) pasca deklarasi kemerdekaan 4 Juli.

Novus Ordo Seclorum dalam budaya pop
Budaya pop memiliki cara yang ampuh untuk menakut-nakuti atau bikin penasaran orang. Frase Novus Ordo Seclorum termasuk yang laris buat dikutak-katik buat tujuan tersebut. Neal Stephenson dalam novel Cryptonomicon menyebutkan NOS sebagai sebuah program sandi berkualitas tinggi. NOS juga tampil dalam lirik-lirik lagu sejumlah band ‘garis keras’ seperti Megadeth, Agathodaimon, dan Styx, selain dalam film-film macam American Gothic dan animasi Le Chevalier D’Eon.

Dan Brown (pengarang The Da Vinci Code) dalam novelnya yang lain, Angels and Demons, melakukan tafsir yang serupa dengan Isa Dawud, bahwa NOS sesungguhnya merupakan simbol dari organisasi rahasia di balik Amerika. Mungkin tafsiran tersebut didasarkan pada kemiripan simbol Eye of Providence yang juga pernah digunakan oleh gerakan Freemason. Wallahu A’lam.


0 komentar:

Posting Komentar