Salah satu alasan perempuan susah orgasme adalah tidak mengetahui letak G-Spot atau titik paling sensitif di organ intimnya. Jangankan orang awam, ilmuwan saja butuh 60 tahun untuk menemukannya sebab ternyata ukurannya sangat kecil.
Selama puluhan tahun, keberadaan G-Spot atau titik paling sensitif pada organ intim perempuan telah menjadi perdebatan sengit di kalangan para ahli seksual. Banyak yang menyimpulkannya sebagai mitos belaka, namun tak sedikit yang masih penasaran mencarinya.
Baru-baru ini, seorang ginekolog dari Amerika Serikat berhasil memecahkan teka-teki yang belum juga terjawab dalam 60 tahun belakangan. Sang ginekolog, Adam Ostrzenski akhirnya berhasil menemukan titik yang selama ini disebut sebagai G-Spot.
Ostrzenski menemukan G-Spot setelah meneliti jenazah seorang perempuan lanjut usia asal Polandia, yang meninggal akibat cedera parah di kepala. Alat kelamin jenazah tersebut dibongkar, diutak-atik lalu dihitung jumlah simpul saraf yang ada di setiap permukaannya.
Setelah dibandingkan, Ostrzenski menemukan satu titik kecil yang memiliki simpul saraf paling banyak dibanding lokasi lain di sekitarnya. Titik yang diyakininya sebagai G-Spot tersebut hanya berukuran 8,1 x 3,6 x 1,5 mm sehingga wajar jika selama ini susah dicari.
"Penelitian ini menegaskan bahwa secara anatomis G-Spot memang ada, sehingga kita bisa meningkatkan pemahaman tentang fungsi seksual perempuan," tulis Ostrzenski di Journal of Sexual Medicine seperti dikutip dari Telegraph.
Istilah G-Spot sendiri berasal dari Ernst Grafenberg, nama seorang ginekolog Jerman yang pada tahun 1950-an mengklaim bahwa tiap perempuan punya satu titik paling sensitif di dalam tubuhnya. Titik tersebut bila dirangsang dengan benar bisa memicu orgasme seksual.
Bertahun-tahun lamanya, para ilmuwan berusaha mengidentifikasi di mana letak titik tersebut dan hasilnya selalu simpang siur.
Bahkan awal tahun ini, Dr Amichai Kilchevsky dari Connecticut dengan percaya diri telah menyimpulkan bahwa G-Spot hanya mitos.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar