banner ads banner ads banner ads banner ads

Minggu, 27 Mei 2012

Ternyata Obesitas Tak Selalu Memicu Sakit Jantung

Obesitas selama ini kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dan berbagai masalah kesehatan kardiovaskular. Namun para ilmuwan di Inggris dalam temuan terbarunya menyatakan, orang yang obesitas tidak selalu mengalami peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian.

"Mereka yang benar-benar berisiko adalah individu yang memiliki obesitas dalam kombinasi dengan kesehatan metabolik yang buruk," kata Mark Hamer, peneliti dari University College London.

"Orang dengan kesehatan metabolik yang baik tidak berisiko mengidap penyakit jantung di kemudian hari - bahkan jika mereka mengalami obesitas," tegas Hamer.

Sementara, mereka yang tidak obesitas namun memiliki kondisi kesehatan metabolik yang buruk, sama-sama memiliki risiko seperti orang dengan obesitas yang tidak sehat, para peneliti menyimpulkan.

Temuan yang dipublikasikan Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism ini didasarkan hasil kajian terhadap lebih dari 22.000 peserta berusia setengah baya, yang ikut bagian dalam studi kesehatan nasional di Inggris dan Skotlandia.  Para peneliti menyimpulkan, faktor metabolik mungkin lebih penting dalam memprediksi apakah seseorang berisiko mengidap penyakit kardiovaskular atau tidak, ketimbang kelebihan berat badan itu sendiri.

"Kami mendorong orang dengan obesitas untuk menurunkan berat badan demi kesehatan mereka. Tetapi beberapa ketentuan harus dibuat soal bagaimana cara pandang kita terhadap orang yang berisiko mengalami gangguan metabolik," kata Hamer.

Orang dewasa yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih tinggi dikategorikan obesitas. Dikatakan nomal apabila indeks massa tubuhnya 18,5 dan 24,9 sedangkan BMI antara 25 dan 29,9 dianggap kelebihan berat badan.

Selama 20 tahun terakhir, obesitas telah meningkat secara signifikan di Amerika Serikat. Lebih dari sepertiga orang dewasa Amerika mengalami obesitas, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Kesehatan metabolik yang buruk
Dalam riset terbarunya, Hamer dan koleganya mengumpulkan data di antaranya terkait indeks massa tubuh (BMI) dan profil metabolik. Setiap peserta diamati selama rata-rata tujuh tahun. Kemudian dilihat berapa banyak peserta yang meninggal selama penelitian berlangsung dan mencari tahu apa yang menyebabkannya.

Peneliti mengatakan bahwa tak satu pun dari peserta memiliki penyakit jantung pada awal penelitian. Hampir seperempat peserta mengalami obesitas, dan hampir seperempat dari mereka dianggap "obesitas metabolik sehat" - yang berarti mereka memiliki tekanan darah normal, kolesterol terjaga dan gula darah normal.

Selama masa penelitian, lebih dari 600 peserta meninggal akibat panyakit jantung dan 1.800 akibat penyebab lain. Temuan menunjukkan, mereka yang obesitas tetapi metabolisme baik tidak berisiko lebih besar meninggal akibat penyakit jantung. Namun mereka yang obesitas tetapi kesehatan metabolismenya buruk memiliki 59 persen dan 64 persen peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung dibanding peserta yang sehat tanpa obesitas.

Di antara mereka yang tidak obesitas dan tidak sehat secara metabolik, memiliki tingkat hipertensi dan peradangan lebih tinggi - sebanding dengan peserta obesitas yang tidak sehat.

Peneliti mengatakan, hasil penelitian ini sudah memperhitungkan faktor terkait lainnya seperti usia peserta, jenis kelamin, merokok, aktivitas fisik dan status sosial ekonomi.


sumber

0 komentar:

Posting Komentar