banner ads banner ads banner ads banner ads

Selasa, 13 Maret 2012

Ciri-Ciri Anak Sehat

Tentu saja setiap orangtua mendambakan buah hatinya tumbuh sehat. Apalagi, menjadi sehat merupakan salah satu hak anak. Ya, dalam Konvensi Hak Anak salah satunya disebutkan bahwa sehat adalah hak anak. Secara umum, anak dikatakan sehat bila secara fisik dan mental tak mengalami hambatan. Maksudnya, anak sehat berarti mengalami masa tumbuh-kembang yang baik. Jadi, kesehatan fisik dan mental tidak dapat dipisahkan karena anak perlu mengembangkan berbagai potensi kecerdasan untuk dapat meraih taraf hidup yang baik. Alhasil, kesehatan fisik kurang berarti jika mental anak didominasi emosi negatif, seperti sering mengamuk, egois, tidak toleran, tidak memiliki rasa aman, sulit berekspresi, tidak percaya diri, dan lain-lain. Hambatan mental tersebut dikhawatirkan akan mengganggu proses pencapaian prestasi dan hubungan sosial anak dengan lingkungan.
Nah, seperti apa ciri-ciri anak sehat lahir dan batin? Yuk kita simak bersama pemaparan dari ahlinya!



SEHAT FISIK
Umumnya anak yang sehat, antara lain akan menunjukkan perilakunya yang aktif, ceria, memiliki selera makan yang baik, serta bisa menjalani proses bermain dan belajar dalam suasana menyenangkan.
Nah, cara yang paling mudah untuk "mendeteksi" kesehatan fisik anak adalah dengan mengamati pertumbuhannya melalui pertambahan berat dan tinggi badan, lingkar kepala, serta riwayat sakitnya. Sebagai patokannya, pertumbuhan itu harus sesuai dengan grafik pertumbuhan berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala yang biasanya dimuat dalam KMS (Kartu Menuju Sehat).


SEHAT MENTAL
Inilah ciri anak sehat secara mental:
1. Memiliki tahapan perkembangan yang normal
Setiap anak harus mengalami kemajuan tahapan perkembangan. Untuk perkembangan motorik, misal, ada rentang usia kapan anak bisa merangkak, berdiri, melompat, berjalan, dan berlari. Demikian juga dengan tahapan perkembangan bicara, emosi, kognisi, sosial, dan lain-lain. Nah, anak yang sehat mampu meraih kemampuan demi kemampuan sesuai dengan tahapan perkembangan normal.
2. Bersikap positif
Artinya, anak memiliki sikap positif sesuai dengan norma-norma universal di lingkungannya. Tentu disesuaikan dengan usianya. Contoh, anak usia prasekolah (4-5 tahun) sudah pandai mengucapkan terima kasih, tolong, maaf, permisi, dan lain-lain. Sedangkan anak usia sekolah (6-12 tahun) harusnya tidak lagi mengamuk jika keinginannya tidak dikabulkan.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak berani mencoba hal-hal baru, termasuk beberapa keterampilan yang belum dikuasainya. Bayi yang tadinya baru belajar merangkak, meningkatkannya dengan berdiri sambil berpegangan, lalu merambat tembok, berjalan melewati dua ubin, berjalan beberapa meter hingga akhirnya mampu berlari. Bagi anak usia sekolah, terus mendalami pelajaran yang belum dikuasainya. Mulanya belajar membaca, lalu merangkai kata, kalimat, belajar membuat karangan, puisi, dan lain-lain.
4. Ekspresif
Anak ekspresif pandai mengungkapkan perasaan emosinya. Tidak diam saat mainannya direbut, berseri-seri saat memenangi sebuah lomba, sedih kala hewan kesayangannya hilang, atau merengut jika marah. Selain bahasa nonverbal, anak juga bisa berekspresi secara verbal seperti, "Aku senang....", "Aku tidak suka....", dan lain-lain. Anak juga cukup terbuka kepada orangtua, apa pun masalah yang dialaminya. Anak yang ekspresif menandakan sehat secara emosi.
Anak juga mampu bersikap asertif, mampu memperjuangkan haknya dengan baik dan tepat tanpa mengganggu atau mengurangi hak orang lain. Anak tidak agresif saat menyelesaikan masalah, atau tidak justru pasif yang membuatnya menjadi pribadi pendendam.
5. Adaptif
Anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk anak-anak usia prasekolah, ia mampu menjalin relasi sosial yang baik dengan teman-teman lama maupun barunya. Dapat berbagi, bermain, menerima, dan lain-lain.
6. Mampu memecahkan masalah
Saat balita, anak dapat menemukan jalan bagaimana menjangkau mainan di bagian atas lemari yang tinggi, yaitu dengan menggunakan bantuan kursi atau membuka pintu lemari dan memanjat ambalan-ambalannya. Saat usia sekolah, anak juga tahu bagaimana memecahkan teka-teki, rumus matematika yang rumit, mengakali mainannya yang rusak, dan lain-lain. Kemampuan memecahkan masalah menandakan kemampuan berpikirnya baik.
7. Memiliki konsentrasi yang baik
Konsentrasi sangat penting dalam proses belajar. Gangguan konsentrasi dapat mengganggu kemampuan anak mengolah informasi. Nah, konsentrasi berkaitan dengan kemampuan anak memfokuskan perhatian pada suatu hal. Anak yang sehat memiliki konsentrasi yang baik. Jika anak mengalami gangguan konsentrasi padahal sebelumnya tidak, ada kemungkinan psikisnya tengah mengalami tekanan, entah karena trauma, kecewa, sedih, dan lain-lain.
Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda-beda sesuai usianya. Rentang perhatian pada anak batita atau prasekolah, umumnya sering terganggu. Konsentrasi mereka jarang yang bertahan lama. Mereka kerap terganggu oleh hal-hal yang lebih menarik perhatiannya. Kemampuan konsentrasi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Orangtua berkewajiban menstimulasi konsentrasi anak.
8. Aktif dan ceria
Anak aktif, memiliki antusiasme dalam kegiatan sehari-harinya, baik bermain, makan, tidur, sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan lain-lain. Sikap tersebut menunjukkan mental yang sehat. Lain halnya jika anak pasif dan ogah-ogahan, pasti ada masalah, mungkin fisik atau psikisnya. Kehilangan selera makan pun dapat menjadi pertanda adanya gangguan emosi selain fisik.
9. Dapat bertanggung jawab
Saat tidak sengaja mematahkan pensil milik teman, anak batita atau prasekolah dapat meminta maaf, sedangkan anak usia sekolah mengganti pensil itu seraya mengucapkan maaf. Anak juga sudah belajar mengerjakan rutinitasnya sehari-hari seperti bangun pagi lalu mandi, lantas di usia selanjutnya dapat membereskan kamar, merapikan tempat tidur, dan rutinitas lain.
10. Memiliki empati
Anak dapat memahami perasaan orang lain, bahkan saat anak beranjak besar sudah dapat memberikan bantuan. Di usia prasekolah, saat temannya kehilangan mainan, anak bersedia meminjamkan mainan miliknya, bahkan bagi anak yang sudah lebih besar, dia tidak hanya meminjamkan mainan tapi juga menghibur temannya itu. Empati merupakan salah satu tanda emosi yang sehat. 



sumber

0 komentar:

Posting Komentar